16 September 2006

Peduli Korban Banjir Sinjai ( Baitul Maal Bukopin & Bukopin Club )

Tanggal : 16 September 2006
Sumber : http://www.bukopin.co.id/ID/news_detail.cfm?id=29&ntype=3&lang=id

Karyawan/ti Tim Bakti Sosial Bank Bukopin Cabang Makassar ( Andi Dharma, Herlin, Amin, Rahman, Arkam, Basyir, Lia, Yani, Iwan, Hairil dan Frank) dan Baitul Maal Bukopin mengadakan bakti sosial yang berlokasi di 2 dusun yaitu Dusun Lembang dan Baringen di Desa Panaikan, Kec. Sinjai Timur, Kab. Sinjai.

Dusun Lembang merupakan daerah yang terkena dampak paling parah. Di lokasi ini sebagian besar warga meninggal dan hilang, serta 30 rumah dan masjid hilang disapu air bah yang datang secara tiba-tiba pada dini hari dengan volume yang sangat besar dan arus yang bergerak sangat cepat. Bantuan diberikan kepada 33 KK, 15 KK dari Dusun Lembang dan 18 KK dari Dusun Baringeng. Bantuan terdiri dari uang tunai,beras, gula, darung, dan pakaian layak pakai. Total bantuan sebesar Rp 8.000.000

07 September 2006

Kalbe Berbagi di Desa Cibatu Kabupaten Bekasi

Tanggal : 7 September 2006
Sumber : http://www.kalbefarma.com/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=18590


Sudah sejak awal sebenarnya kegiatan-kegiatan sosial kepada masyarakat dilaksanakan oleh Kalbe Farma. Namun semenjak hal ini dibakukan dan menjadi salah satu syarat/kewajiban bagi perusahaan terbuka (go public), maka acara-acara ini dilaksanakan secara terbuka. Kegiatan yang lebih dikenal dengan nama CSR (Coorporate Social Responsibility) atau kegiatan sosial kepada masyakat dimasukkan ke dalam satu program yang disebut dengan Kalbe Berbagi. Bertepatan dengan perayaan Ulang Tahun ke-40, aktivitas Kalbe Berbagi dipusatkan di Desa Cibatu Kecamatan Lemahabang Kabupaten Bekasi, 7 September 2006.

CSR Kalbe Farma

Menurut Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Bpk Johannes Setiyono dalam temu pers, pada prinsipnya CSR Kalbe Farma itu ada dua bentuk. Bentuk pertama adalah yang berhubungan dengan produk seperti membersihkan dan mengecat WC-WC Umum (Neo Entrostop), Pemberian Beasiswa (Cerebrofort), Promag Mulia, dll. Bentuk kedua adalah CSR yang dilakukan tanpa ada hubungannya dengan produk. Salah satu contoh CSR jenis terakhir ini adalah acara yang dilakukan hari ini di desa Cibatu.


Pelbagai aktivitas


Aktivitas yang dipusatkan di Desa Cibatu, Kamis 7 September 2006, terdiri dari:

  • Merenovasi Puskesmas Pembantu Desa Cibatu
    Secara simbolik kegiatan ini diawali dengan pembukaan tirai papan berisi design Puskesmas Pembantu yang baru dan penurunan genteng. Hal ini dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bekasi Bpk. H. Tenny Wishramwan bersama Bpk Johannes Setiono.
  • Membantu Posyandu Desa Cibatu
    Secara simbolik dilakukan penyerahan beberapa alat seperti jacket, timbangan dll., dari Direktris Kalbe, Ibu Ira Setiady kepada Ketua PKK, Ibu Hj Cicah Tenny Wishramwan
  • Pengobatan cuma-cuma
    Pengobatan cuma-cuma dilakukan kepada sekitar 500 penduduk desa Cibatu berlokasi di Balai Desa Cibatu.
  • Pemeriksaan fisik murid-murid SD Cibatu
    Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terhadap 277 murid-murid SD desa Cibatu, bertempat di SD yang dibangun PT Kalbe Farma 2 tahun yang lalu.
    Aktivitas lain yang juga berlangsung di SD ini adalah: Lomba Mewarnai (siswa kelas 1, 2 dan 3) dan Story Telling (siswa kelas 4, 5 dan 6)

Sambutan Bupati Bekasi, Bp H. Tenny Wishramwan


Dalam sambutannya, Bupati Bekasi menyebutkan bahwa aktivitas ini merupakan salah satu bukti konkrit dari partisipasi perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Bekasi. Dengan adanya bantuan ini, berarti beban APBD berkurang.


Seperti diketahui saat ini di Kabupaten Bekasi, telah diterapkan pengobatan gratis bagi penduduk yang mau berobat di Puskesmas.


Alangkah indahnya jika, 10% saja dari 2080 pengusaha yang berlokasi di Kabupaten Bekasi melakukan hal ini, harap Bupati Bekasi yang baru menjabat 4 bulan ini.


Sebagai data tambahan dijelaskan bahwa jumlah Puskesmas = 34 dan Puskesmas Pembantu ada 50. Setidaknya 20% dari puskesmas pembantu itu perlu direnovasi.


IBL Conference On CSR di Buka Hari Ini

Tanggal : 07 September 2006
sumber : http://tambangnews.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=158

Jakarta, Tambangnews.com.-
Konferensi Nasional mengenai Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang diselenggarakan oleh sektor Swasta, IBL Conference on Corporate Sosial Responsibility 2006 dibuka secara resmi hari ini (7/9) oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI, Dr. Boediona bertempat di Hotel Ritz Calton Jakarta

Dalam sambutan pembukaannya menyatakan bahwa CSR merupakan elemen prinsip di dalam tata laksana kemasyarakatan yang baik, dan bukan hanya bertujuan memberi nilai tambah bagi para pemegang saham.

"Pada intinya, pelaku CSR sebaiknya tidak memisahkan aktifitas CSR dengan Good Corporate Governance karena keduanya merupakan satu continuum, bukan merupakan penyatuan dari beberapa bagian terpisah," kata Boediono. "Dengan demikian CSR tidak hanya mencakup apa yang seharusnya dilakukan sebagai anggota masyarakat tapi juga melihat apa yang sebaiknya tidak dijalankan, yang seringkali terlewat dan diremehkan, seperti mengeksploitasi yang lemah dan menjalankan praktek penyuapan untuk melaksanakan program CSRnya."

Dalam diskusi antara presiden Direktur PT. Newmont Pacific Nusantara dan CEO kelompok Kompas Gramedia, Jakob Oetama tentang CSR benefits for the Business Society berdasarkan pengalaman mereka yang berbeda, ternyata terdapat benang merah bahwa tidak hanya masyarakat yang memperoleh manfaat dari korporasi, akan tetapi korporasi juga belajar dari masyarakat, mendapat manfaat bagaimana kehidupan bermasyarakat.

Acara yang di gagas oleh Indonesia Bisnis Link (IBL) akan berlangsung selama dua hari dan diikuti sebanyak 300 peserta, wakil dari perusahaan asing dan dalam negeri di Indonesia, maupun perseorangan hadir dalam konferensi ini, untuk mendengarkan makalah-makalah yang disampaikan oleh 33 pembicara dari dalam dan luar negeri.

"Semoga kenferensi ini mencapai tujuan yang telah kami tetapkan, yaitu mengajak semua kalangan utamanya kalangan pelaku bisnis, untuk menjadikan CSE sebagai salah satu aspek penting dalam kegiatan bisnis mereka, serta mulai melaksanakan kegiatan bisnis yang bertanggung jawab," tutup pendiri Indonesia Bisnis Link (IBL), Noke Kiroyon.

01 September 2006

CSR Bukan Sekadar Promosi

Tanggal : 1 September 2006
Sumber : http://64.203.71.11/kompas-cetak/0609/01/teropong/2921326.htm

Kisah sukses bisnis produsen kosmetik The Body Shop tak lain adalah kisah sukses entitas bisnis untuk membangun kepercayaan publik melalui implementasi tanggung jawab sosial perusahaan.


Didirikan tahun 1976 di Inggris, The Body Shop kini melayani lebih dari 77 juta pelanggan di 55 negara.


Survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor (2001) menunjukkan mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif.


Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) berupa kegiatan filantropi dan pengembangan komunitas, umumnya dikemas untuk mengupayakan citra positif alias promosi.


Lebih jauh dari sekadar promosi, semakin berkembang pula pandangan bahwa keunggulan bersaing bisa dihasilkan dengan memadukan berbagai pertimbangan sosial dan lingkungan dalam strategi bisnis.


Philip Kotler dan Nancy Kotler dalam Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause (2005), secara praktis menunjukkan, bagaimana perusahaan memaksimalkan tingkat pengembalian investasi melalui sejumlah kegiatan dan inisiatif sosial yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungannya.


Akan tetapi, Maria Nindita Radyati, kandidat doktor pada University of Technology Sydney yang sedang mendalami CSR mengingatkan, tujuan akhir pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan adalah menempatkan entitas bisnis dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial itu seharusnya menginternalisasi pada semua bagian kerja pada suatu pekerjaan.


"CSR itu seharusnya merupakan keputusan strategis perusahaan sejak awal dari mendesain produk yang ramah lingkungan, hingga pemasaran, dan pengolahan limbah. Selain itu, secara eksternal CSR juga memastikan jangan sampai perusahaan justru mengurangi kesejahteraan masyarakat di lingkungan sekitarnya," ujar Nindita.


Artinya, pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan perlu diupayakan di lingkungan internal dan eksternal. Pada lingkungan internal, perusahaan misalnya bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, memerhatikan kesejahteraan karyawan, serta menjalankan manajemen yang beretika.


Terkait pelaksanaan CSR pada lingkungan eksternal perusahaan, Konosuke Matsushita, pendiri Matsushita Electric, mengemukakan, perusahaan yang mengolah sumber daya alam maupun sumber daya manusia pada hakikatnya adalah milik publik serta bertanggung jawab untuk memberi manfaat pada masyarakat.


Pelaku bisnis membutuhkan dukungan lingkungannya. Oleh karena itu, sikap responsif terhadap kebutuhan lingkungan menjadi keharusan. Selain tuntutan lingkungan yang tertera pada regulasi, tidak bisa diabaikan pula tuntutan lingkungan yang tidak secara langsung disebutkan dalam peraturan publik.


Tergantung pada lingkungan


Meluasnya tuntutan publik serta menguatnya kesadaran pelaku usaha untuk menjalankan CSR, antara lain, tampak pada dibentuknya World Business Council for Suistainable Development (WBCSD).


Sebanyak 180 perusahaan internasional dari 35 negara berkoalisi dalam organisasi itu. Perusahaan-perusahaan ini bergabung dengan komitmen mencapai pembangunan berkelanjutan, melalui pertumbuhan ekonomi, keseimbangan ekologi, dan kemajuan sosial.


Albert Fry yang pernah menjadi salah seorang manajer pada WBCSD menyatakan, pada dasarnya musuh terbesar bagi lingkungan adalah kemiskinan.


Jika pada suatu kawasan yang kaya sumber daya alam, beroperasi perusahaan internasional yang meraup keuntungan besar, tetapi masyarakat di lingkungan sekitarnya didera kemiskinan, tentu terjadi ketidakadilan sosial yang perlu diluruskan. Ironi demikian juga terjadi pada beberapa kawasan kaya sumber daya alam di Indonesia, seperti Papua dan Kalimantan.


Nindita berpendapat, untuk menciptakan keadilan sosial, dibutuhkan kerja sama antara perusahaan, pemerintah, dan komunitas yang mencakup masyarakat dan organisasi nonpemerintah. Pertanyaannya, di kawasan-kawasan kaya negeri ini yang rakyatnya miskin itu, bisakah perusahaan, pemerintah, dan komunitas bekerja sama sebagai mitra yang dapat saling memercayai?


Mengutip laporan penelitian terbaru pada Journal Compilation, terbitan Blackwell Publishing, Mei 2006, Nindita menjelaskan, aktivitas CSR di Inggris dinilai jauh lebih maju dibandingkan kegiatan serupa di Amerika Serikat. Inggris memberlakukan aturan yang lebih jelas untuk melakukan pelaporan kegiatan CSR. Tidak demikian halnya dengan Amerika Serikat.


Penelitian itu menunjukkan, kesadaran perusahaan-perusahaan di Inggris untuk melakukan CSR lebih terdorong karena kontrol aktif dari para pemangku kepentingan yakni karyawan, pimpinan manajemen, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, lembaga nonpemerintah, dan perguruan tinggi.


Para pemegang saham, misalnya, meyakini keunggulan kompetitif untuk berinvestasi pada perusahaan yang aktif menjalankan kegiatan CSR, sedangkan pimpinan manajemen terdorong oleh norma etika bisnis.


Di Indonesia


Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan di Indonesia? Kerusakan lingkungan terus-menerus meluas di negeri ini, kemiskinan, dan pengangguran terus bertambah. Kemelut tersebut menjadi tantangan bersama yang harus dijawab pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat.


Ernst & Young meyakini, prinsip-prinsip kewirausahaan yang membuat pelaku usaha mampu mengatasi kerumitan prosedur birokrasi dan berkelit dari tekanan dan tantangan pasar seharusnya dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial.


Uniknya, sepanjang penyelenggaraan program penghargaan Ernst & Young Entrepreneur of the Year, komitmen terhadap perbaikan lingkungan sosial diidentifikasi sebagai karakter yang menonjol pada pengusaha-pengusaha sukses di berbagai negara.


Oleh karena itu, mulai tahun ini Ernst & Young menambahkan satu kategori dalam program penghargaannya, yakni Social Entrepreneur of the Year. Tentu saja tujuannya untuk mendorong para pengusaha untuk berlomba-lomba dengan komitmen penuh untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya.


Akan tetapi, potensi dunia bisnis untuk menjalankan perubahan sosial melalui pelaksanaan tanggung jawab sosial tidak dapat tercapai optimal jika aturan tidak ditegakkan, bahkan oleh penegak hukum. Kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas hanya dapat berjalan jika ada kepercayaan dan sikap keterbukaan.(Nur Hidayati)


16 Juni 2006

Wirausaha: Sebuah Pilihan Karir Bagi Generasi Muda Indonesia

Tanggal : 16 Juni 2006
Sumber: http://www.shell.com/home/content/id-en/news_and_library/press_releases/2006/press_release_ibl_bsa_indonesian_210606.html


Pengangguran di kalangan pemuda (usia 18-24 tahun) merupakan sebuah masalah yang serius di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO (Badan Perburuhan Internasional) sekitar 68 juta pemuda di dunia sulit mencari pekerjaan, di mana sekitar 80% dari mereka berada di negara-negara berkembang.


Menurut data BPS, pada tahun 2001 tingkat pengangguran di kalangan pemuda di Indonesia adalah 24% dari total angkatan kerja usia muda atau mencapai jumlah sekitar 4,9 juta orang. Angka tersebut menunjukkan masalah serius bagi perekonomian dan kondisi sosial Indonesia. Ketidak-tersediaan lapangan kerja bagi pemuda, dapat mengarah kepada peningkatan depresi dan tindak kriminal.


Dari waktu ke waktu, dirasakan perlu untuk menggalakkan kewirausahaan yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi mereka sendiri serta bagi masyarakat lainnya.


Indonesia Business Links, sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan tanggung jawab sosial korporasi (Corporate Social Responsibility, CSR) di Indonesia, berusaha mengetuk peran serta korporasi-korporasi untuk menjawab kebutuhan tersebut. Lahir pada tahun 2003, Program Wirausahawan Muda Pemula (Young Entrepreneurs Start-up atau YES), adalah sebuah inisiatif untuk mendorong anak muda Indonesia membangun usaha mandiri (wirausaha) sebagai suatu pilihan karir..IBL bersama dengan Shell Companies in Indonesia, International Finance Corporation (IFC), Standard Chartered Bank, McKinsey & Company, dan Yayasan Progressio Indonesia adalah pihak-pihak yg berperan dalam lahirnya inisiatif ini.


Bob Moran, CEO dan Presiden Direktur Shell Companies in Indonesia mengatakan, “YES Program merupakan bagian dari jaringan global Shell LiveWire, suatu program yang membantu anak-anak muda dengan ide bisnis cemerlang di seluruh dunia untuk dapat mewujudkan aspirasi mereka dan sekaligus juga mempromosikan wirausaha sebagai karir yang menjanjikan. Di Indonesia, Shell mendukung program ini sejak awal dan kami sangat gembira dengan antusiasme dari peserta dan hasil yang telah mereka capai.”


Program YES terdiri dari tiga kegiatan utama; (1) pembangunan kesadaran pada anak muda Indonesia bahwa wirausaha merupakan salah satu pilihan karir yang pantas bagi masa depan melalui pelaksanaan workshop ‘Bright Ideas’, (2) pemilihan wirausahawan muda pemula yang dapat dijadikan acuan bagi anak muda Indonesia dalam ajang ‘Business Start-up Award (BSA) 2006’, serta (3) pembinaan dan pelatihan teknis bagi wirausahawan muda pemula yang mempunyai potensi untuk berkembang.


Business Start-up Award (BSA) 2006 dimulai pada tanggal 17 Januari 2006 dengan melakukan launching promosi di tiga kota: Jakarta, Bandung, Yogya. Dari 1447 profil usaha yang diterima panitia, tersaring 87 usaha yang memenuhi kriteria utama: berusia 18-32 tahun dan memiliki usaha sendiri yang berjalan tidak lebih dari 2 tahun. Seleksi selanjutnya melibatkan Dewan Juri tingkat lokal yang terdiri dari para pengusaha lokal serta kalangan profesional dari berbagai perusahaan. Hanya 26 wirausahawan muda yang tersaring dan akhirnya terpilih 8 wirausahawan muda potensial yang maju ke babak final.


Babak final diselenggarakan bersamaan dengan Malam Eksibisi dan Penganugerahan Hadiah (BSA 2006 Exhibition and Inauguration Night) pada tanggal 16 Juni 2006 di Hotel Mulia, Jakarta. Dewan Juri pada tingkat final akan memilih 5 finalis terbaik yang akan menerima hadiah uang tunai sebagai modal kerja. Dewan Juri Final terdiri dari pimpinan-pimpinan perusahaan terkemuka.


Acara BSA 2006 Exhibition and Inauguration Night terselenggara berkat dukungan Merrill Lynch dan dibantu oleh Shell Companies in Indonesia, International Finance Corporation, dan Accenture. "Merrill Lynch sangat bangga dapat mendukung Young Entrepreneurs Start Up Program dan mendorong kelangsungan pengembangan semangat ini di antara orang Indonesia," kata Lily Widjaja, Presiden Direktur Merrill Lynch Indonesia.


Para Pemenang:

1. Fanindo Multifarm (Yogyakarta)

2. Cucian Ekspress (Yogyakarta)

3. Xsoft Solutions (Jakarta)

4. Jogja Crayfish (Yogyakarta)

5. Play! Communications (Jakarta)

Para Finalis:

1. Cyprom Kelola Mediatama (Jakarta)

2. PT Priema Pradhana (Jakarta)

3. Fast Clean (Bandung)


18 Mei 2006

AdeS Untuk Kegiatan Posyandu Bagi Ibu, Bayi dan Balita di Karangasem, Bali

Tanggal : 18 Mei 2006
Sumber : http://www.coca-colabottling.co.id/ina/news/index.php?act=detail&p_id=154&&&


Sebagai bagian dari komitmen Perusahaan terhadap kegiatan Corporate Social and Responsibility (CSR), Coca-Cola kembali memberikan bantuan kepada Ibu, Bayi dan Balita di 26 Posyandu yang berada di Desa Ban, Karangasem, Bali, melalui East Bali Poverty Project (Yayasan Ekoturin), sebuah organisasi Nirlaba yang memberikan perhatian bagi masyarakat pegunungan yang tidak mampu dan berada di daerah yang terisolir.

Bantuan yang diberikan berupa alokasi produk AdeS setiap bulannya bagi program "Nutritional Supplements for Infants and Mothers Attending Posyandu" yang mereka jalankan di Karangasem, Bali. Program bantuan sosial ini sangat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh para Ibu, Bayi dan Balita disana yang sangat membutuhkan air minum bersih dan sehat dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Beberapa waktu lalu Perusahaan juga telah memberikan bantuan berupa 3 unit Digital Camera kepada East Bali Poverty Project guna mendukung kegiatan operasional mereka di lapangan.


29 Maret 2006

Kutim Lahirkan Forum Multistakeholder-CSR Pertama di Indonesia

Tanggal : 29 Maret 2006
Sumber : http://www.samarinda.go.id/node/8556


KOMITMEN perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kutai Timur (Kutim) bukan sebatas kata. Mereka telah mewujudkannya dengan menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) secara partisipatif, transparan dan akuntabel. Penandatangan MoU dilakukan Senin (27/3) tadi, disaksikan Bupati Kutim H Awang Faroek Ishak, Direktur Eksekutif Partnership for Governance Reform in Indonesia Shanti Poesposoetjipto, dan Direktur FORCE Rusmadi PhD.

Untuk mengawal program CSR perusahaan di Kabupaten Kutim, telah pula dilantik Badan Pelaksana Forum MSH-CSR Kabupaten Kutim, diketuai H Isran Noor (Wakil Bupati), Wakil Ketua I H Sutiman (DPRD), Wakil Ketua II Soni Miarsono (unsur perusahaan), Wakil Ketua III La Padan (unsur masyarakat) dan Sekretaris H Syafruddin Achmad (Plt Sekda), Wakil Sekretaris H Rupiansyah (ketua Bappeda), dibantu 18 anggota.


Forum ini merupakan wadah yang diharapkan mampu mempersatukan berbagai pemangku kepentingan untuk berkomunikasi, berkonsultasi dan bertindak bersama secara berkelanjutan dalam pengembangan dan pengelolaan CSR yang lebih baik, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan Kutim.


Kemudian pada acara rapat koordinasi program CSR tahun 2006, pada hari itu juga, perusahaan mempresentasikan program CSR yang akan dilaksanakan tahun ini, yang selama ini masih bersifat eksklusif dan tertutup. Perusahan yang mempresentasikan program CSR tersebut, yaitu PT Kaltim Prima Coal, PT Indominco Mandiri, PT Pama Persada Mandiri, PT Thiess Contractor Indoensia, PT Darma Henwa, PT Pertamina EP, dan PT Pupuk Kaltim. Perusahaan-perusahaan perkebunan diwakili Gabungan Perusahaan Perkebunan Daerah (GPPD) Kaltim, perbankan diwakili Bank Pembangunan Daerah, BUMN oleh PT Telkom, perusahaan perhutanan oleh Asosiasi Pengusaha Kontruksi Kutai Timur, PT Prasmanindo Boga Utama.


Dari presentasi perusahaan terekam, bidang-bidang yang disentuh oleh perusahaan meliputi pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi rakyat, infrastruktur, sosial budaya, bencana alam dan lingkungan. Dari sisi pendanaan, KPC untuk 2006 akan mengucurkan dana sebesar US $ 5 juta, PT Indominco Mandiri Rp6,4 miliar, PT Pama Rp1 miliar, PT Darma Henwa Rp4,9 miliar, PT Pertamina Rp300 juta. Sementara yang lainnya belum menyebutkan angka CSR secara eksplisit. Apabila ditotal dana CSR perusahaan untuk Kabupaten Kutim tidak kurang dari Rp80 miliar.


Rakor CSR yang pertama kali dilakukan di Kabupaten Kutim bahkan pertama di Indonesia ini, dikemas dalam acara Lokakarya Penandatangan MoU dan Rapat Koordinasi Program CSR tahun 2006 ini difasilitasi oleh Centre for Community Empowerment and Economics (FORCE) sebagai rangkaian dari Program Prakarsa Multistakeholder (MSH) dalam penerapan CSR bagi pembangunan Kutai Timur yang berkelanjutan. Program ini dilakukan atas kerjasama FORCE dengan Pemkab Kutai Timur dan partnership, dengan sumber pendanaan dari bantuan Uni Eropa.


Bupati Kutim Awang Faroek pada acara itu menyatakan menjamin keamanan berusaha bagi perusahaan dan tidak ada pungutan-pungutan liar yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high economy). "Apabila ada oknum pegawai pemerintah yang bertindak demikian, laporkan langsung ke saya," pintanya.


Iklim investasi dan pelayanan yang baik akan diberikan kepada Investor dan mereka diperlakukan sebagai raja, semua urusan dipermudah. Di lain pihak, perusahaan dalam konteks kontribusinya terhadap pembangunan daerah dan pengembangan masyarakat, diharapkan memiliki kepedulian sosial yang tingggi. Perusahaan-perusahaan diharapkan dapat melaksanakan program CSR dengan lebih baik, dengan mengedepankan prinsip partisipatif, transparan dan akuntabel. Perusahaan-perusahan yang memiliki komitmen dengan menandatangani MoU MSH-CSR akan dimasukkan dalam Website Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, sehingga masyarakat dunia tahu.


Sementara itu Direktur Eksekutif Partnership Shanti L Poesposoetjipto menyatakan salut dan bangga dengan dilakukannya penandatangan MoU ini sebagai bentuk kemitraan antara corporate sector, civil society dan goverment. "Kerjasama kemitraan partnership dan FORCE melalui program ini bukan ditujukan untuk provide fund atau charity, tetapi untuk mendorrong inisiatif dan keterlibatan semua pihak (MSH) secara aktif dalam mendesain, merencanakan, mengimplementasikan dan mengelola program CSR dengan prinsip keterbukaan, partisipasi dan akuntabel," katanya.


Rusmadi, direktur FORCE sebagai penyelenggara, mengatakan bahwa kegiatan yang monumental ini dihadiri 203 orang, terdiri dari unsur pemerintah, anggota DPRD, pimpinan perusahaan, para tokoh masyarakat serta LSM.


Disadari bahwa implementasi CSR beragam, sangat tergantung dari pemahaman, komitmen dan kebijakan dari top manajemen setiap perusahaan. Komitmen, keterbukaan dan keberpihakan top manajemen perusahaan terhadap ketertinggalan dan keterbelakangan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan implementasi CSR.


"Kelemahan pola dan praktik CSR di masa lalu perlu dikaji dan dianalisis secara holistik, sehingga dapat melahirkan model penerapan CSR yang partisipatif, transparan dan akuntabel menuju pembangunan Kutai Timur secara berkelanjutan. Kami mengajak semua komponen agar dapat memanfaatkan keterbukaan perusahaan dalam Rakor ini untuk menyelaraskan, mensinergikan dan memberikan masukan guna efektivitas program CSR," tandas Rusmadi.

24 Maret 2006

Penerapan CSR di BUMN & Swasta

Tanggal : 24 Maret 2006
Sumber : http://202.173.64.197/newsdetail.php?marchid=200603&id=258


Praktik kedermawanan sosial perusahaan, dewasa ini mengalami perkembangan cukup pesat sejalan dengan berkembangnya konsep corporate social responsibility (CSR). Istilah CSR memang belum sepopuler Community Development (CD), namun aktivitas CD merupakan penjabaran operasional dari CSR.


Berbagai jurus ampuh mempraktekkan CSR, telah dikupas tuntas dalam forum seminar yang diselenggarakan lembaga PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) dan SDI (Social Development Institute), di Wisma Antara belum lama ini (16/3).


Tampil sebagai pembicara, Aries Muftie, Staf Ahli Menneg BUMN dan Noke Kiroyan, Presdir Newmont Pasific Nusantara, serta Fadjar Nursahid peneliti LP3ES, dan Rustam Ibrahim, peneliti PIRAC.


Menurut Aries Muftie, program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggungjawab sosial BUMN kepada masyarakat. CSR secara umum, diwujudkan dengan upaya-upaya memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.


”Aktivitas PKBL sebagai CSR yang merupakan wujud nyata program penanggulangan dan pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah, dengan sasaran utama masyarakat miskin.”tandas Muftie, yang juga mantan Direktur PNM (Permodalan Nasional Madani) ini.


Sementara itu, Noke Kiroyan memaparkan, agar tidak terjadi penolakan oleh warga lokal seperti yang terjadi di Freeport maupun Exxon, perusahaan harus secara jeli dan cermat dalam mendesain program untuk masyarakat, sehingga tepat sasaran, tidak boleh dipaksakan dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat penerima program.


”Agar lebih tepat dan sinkron dengan program pemerintah, komunikasikan ke pemda setempat, sebab keterlibatan aparat pemda merupakan salah satu kunci keberhasilan program,”ujar Noke, yang juga Chairman IBL (Indonesia Business Link) ini.


Berdasarkan hasil studi kasus program pengembangan masyarakat (community development) di tiga BUMN ( PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia) dan lima perusahaan swasta (Bogasari Flour Mills, Citibank, Coca Cola Indonesia, PT. Riau Andalan Pulp & Paper, dan PT. Rio Tinto), untuk praktek CSR di BUMN sering terbentur oleh lamanya surat keputusan dan terlalu birokratis dalam setiap urusan. Untuk mengatasi, perlu adanya terobosan / kreativitas program, seperti tranformasi kedermawanan dari karitas ke pemberdayaan.


Sedangkan kegiatan filantropi / kedermawanan yang dilakukan perusahaan swasta, umumnya dalam empat bidang utama, yakni : pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan pengembangan UKM. Bantuan biasanya diberikan kepada masyarakat sekitar operasi perusahaan, sebagai upaya membangun citra di masyarakat.


Kesadaran melakukan aktivitas filantropi pada perusahaan swasta termasuk cukup tinggi, mereka tak lagi basa-basi, bahkan merekrut staf ahli untuk memperkuat program pengembangan di masyarakat.


Yang jelas, potensi filantropi perusahaan swasta perlu terus disupport pemerintah, agar memberikan dampak positif bagi masyarakat. Filantropi akan lebih menyentuh aspek keadilan sosial, apabila sasarannya tidak terbatas pada program CD saja, namun juga kegiatan advokasi serta perlindungan HAM dalam arti luas.


Hadir dalam kegiatan ini, para aktivis CD dari berbagai perusahaan, seperti Medco, Indocement, Telkom, Pertamina, Krakatau steel, Bogasari, maupun LSM.

13 Maret 2006

Pelanggan Telkomsel Tembus 36 Juta Nomor

Tanggal : 13 Maret 2006
Sumber : http://www.bakrie-brothers.com/bb/index.php/content/view/3859/170/


JAKARTA, Suara Karya: Direktur Utama PT Telkomsel Kiskenda Suriaharja memastikan, hingga akhir tahun jumlah pelanggan Telkomsel menembus 36 juta nomor. Angka pertumbuhan pelanggan rata-rata saat ini telah mencapai 1,2 juta nomor per bulan.

Berdasarkan data Jumlah pelanggan yang tercatat hingga triwulan III 2006 sebesar 26,4 juta nomor. Sedangkan Sisa kekurangan 9,6 juta nomor akan sangat mudah dicapai sebelum memasuki tahun 2007.


\"Angka pertumbuhannya cukup bagus, walau saat ini sedang menjalankan program pemerintah, yaitu registrasi prepaid. Ternyata itu tidak berpengaruh terhadap angka pertumbuhan,\" kata Kiskenda, usai memberikan santunan kepada sekitar 623 anak yatim-piyatu di arena wisata Dunia Fantasi (Dufan) Ancol, Minggu (12/03).


Membaiknya angka pertumbuhan pelanggan itu juga tidak terlepas dari peran program sosial yangn dilaksanakan manajemen berupa Corporate Sosial Responsibilty (CSR) yang membantu kegiatan sosial, sehingga produk Telkomsel semakin dikenal. \"Hari ini kami memberikan bantuan kepada 26 Yayasan Sosial dan Panti Asuhan se Jabotabek. Ini kami berikan sesuai dengan pencapaian pelanggan kami,\" jelasnya.


Rata-rata pertumbuhan tahun ini, ungkapnya jauh lebih besar dari tahun 2005, yang hanya mencatat angka pertumbuhan sebesar 700 ribu nomor per bulan. \"Tapi tahun ini cukup besar, kalau 2005, rata-rata pertumbuhan per bulan mencapai 700 ribu nomor, maka saat memasuki 2006 setiap bulannya bertambah mencapai 1,2 juta,\" katanya.


Meski demikian, Kiskenda tidak menyatakan akan merevisi target yang semula dipatok pada angka sekitar 31 juta juta nomor pada akhir 2006, dari akhir 2005 yang mencapai 24,5 juta nomor.


\"Kita tidak merevisi, tapi tekad kita terus berupaya mencapai yang jauh lebih besar. Untuk mencapai ke angka 36 juta nomor masih diperlukan 9,6 juta nomor lagi higga akhir tahun,\" kata Kiskenda.


Terkait perkiraan sejumlah kalangan akan turunnya angka pertumbuhan pelanggan akibat kewajiban registrasi pelanggan prabayar, Kiskenda mengatakan, tidak bisa dijadikan patokan, karena batas waktu yang ditetapkan belum selesai.


Ia menjelaskan, hingga Februari 2006, dari 26 juta nomor pelanggan saat ini, sekitar 14 juta di antaranya telah teregistrasi.


Menurutnya, dalam mengimplementasikan teknologi terkini yang handal memungkinkan Telkomsel menghadirkan berbagai inovasi fasiliatasi nilai tambah (value added services) sehingga memberikan manfaat lebih bagi pengguna Telkomsel.


Meski demikian, ia menjelaskan, 2006 merupakan tahun tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan, terutama dikaitkan dengan layanan seluler generasi ke tiga (3G), di mana Telkomsel sebagai pelopor diharapkan dapat memberikan yang terbaik bagi industri seluler di tanah air.


Jumlah pelanggan terbesar yang dicatat anak perusahaan PT Telkom Tbk itu, berasal dari area II kabotabek dan Jawa Barat, mencapai delapan juta nomor.Vice President Telkomsel Area II jabotabek dan Jawa Barat, Agoes Soekarno mengatakan, sampai akhir tahun, jumlah pelanggan bisa lebih dari 10 juta nomor, yang bahkan diprediksi masih akan meningkat. (Syamsuri)

23 Februari 2006

CSR Kaltim Prima Coal US$5 juta/tahun

Tanggal: 23 Februari 2006
Sumber: http://www.djmbp.esdm.go.id/modules/news/index.php?_act=detail&sub=news_minerbapabum&news_id=671

JAKARTA
: PT Kaltim Prima Coal (KPC) mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun bagi aksi corporate social responsibility (CSR) yang berbentuk tujuh program untuk masyarakat sekitar lokasi usahanya.

Harry Miarso, GM External Affair & Sustainable Development KPC, menjelaskan dana tersebut dialokasikan untuk masyarakat di Sangatta, Kutai Timur, Kaltim, tempat KPC beroperasi.

Menurut Harry, ketujuh program itu adalah pendidikan dan pelatihan, kesehatan masyarakat, pembangunan agribisnis, perbaikan infrakstruktur, pembinaan usaha kecil dan menengah, konservasi alam, dan meningkatkan kapasitas masyarakat.

Untuk program agribisnis, katanya, KPC membangun 300 hektare untuk penanaman kakao. Masyarakat setempat diberikan bibit, pupuk sampai kepada pelatihan mengenai penanaman itu.

"Untuk program agribisnis ini juga dibuatkan kolam udang untuk masyarakat di Desa Muara Bengalon," katanya dalam diskusi mengenai The Role of third sector organisations in philanthropy and corporate social responsibility yang digelar Universitas Trisakti di Jakarta, kemarin.

Program agribisnis lainnya adalah membangun perkebunan pisang dan peternakan ayam di Kampung Kabo.

KPC juga memberikan kredit mikro kepada masyarakat Bengalon dengan total peminjam tak kurang dari 700 orang.

Sedangkan pembangunan infrastruktur telah dilakukan program irigasi di Desa Sepaso, dan pembangunan jalan. Masyarakat setempat juga dimanjakan dengan fasilitas olah raga berupa pembuatan lapangan sepakbola.

Menurut Harry, PT KPC telah mengimplementasikan CSR di lingkungan tempat beroperasinya. Namun, dia tidak dapat menjawab pertanyaan rektor Usakti Thoby Mutis mengenai berapa persentase dana dari laba bersih perusahaan yang diberikan dalam program CSR kepada masyarakat setempat.

Thoby kemudian menjelaskan bahwa dana untuk CSR yang harus dialokasikan minimal 15% dari laba bersih usaha bagi setiap perusahaan. Karena, katanya, pada zaman penjajahan Belanda saja angka itu merupakan patokan bagi sebuah badan usaha untuk kepentingan masyarakat sekitar lokasi usaha.

"Itu waktu zaman Belanda, jika sekarang tentu idealnya lebih dari angka itu," katanya.

03 Februari 2006

Corporate Social Responsibility : Jasindo Takaful

Tanggal : 3 Februari 2006
Sumber : http://www.jasindo.co.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=154&Itemid=2

Produk-produk jasa keuangan syariah saat ini semakin mendapat tempat di masyarakat Indonesia. Setelah perbankan syariah, geliat juga telah tampak pada produk asuransi yang dijalankan dalam koridor bisnis yang alami.

Dilihat dari sisi Corporate Social Responsibility (CSR), perkembangan ini pun seharusnya menjadi angin segar bagi berkembangnya aktivitas-aktivitas CSR. Bagaimanapun, konsep-konsep syariah dalam berusaha juga tidak pernah melupakan tanggung jawab sosial dalam setiap aktivitasnya.

Salah satu perusahaan asuransi yang telah cukup lama berkembang di Indonesia adalah PT. Asuransi Jasa Indonesia atau lebih dikenal sebagai Asuransi Jasindo. Demi mengikuti maraknya perkembangan bisnis syariah di Indonesia, Asuransi Jasindo membentuk satu unit usaha yang diberi nama Jasindo Takaful.

Jasindo Takaful mengelola dana premi (dana peserta) secara terpisah sesuai dengan kaidah-kaidah Islami, seperti menghindari gharar (ketidakjelasan), maisir (judi) dan riba (bunga). Peserta pun kemudian bisa memperoleh sisa bagi hasil selama masa pertanggungan dengan komposisi 70% untuk pengelola dan 30% bagi peserta.

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial Jasindo Takaful pun menawarkan kepada para pesertanya untuk menyalurkan dana bagi hasil yang mereka terima tiap bulannya untuk kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Firly Firoza dari Jasindo Takaful, hal ini merupakan penawaran yang bersifat sukarela. Namun ternyata justru mendapatkan reaksi yang menggembirakan dari para pesertanya.

"Banyak diantara mereka justru sangat apresiatif apabila bagi hasil yang seharusnya mereka terima bisa kita salurkan pada kegiatan-kegiatan sosial," ujar Firly. Karena itu mulai awal 2006 ini Jasindo Takaful bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika, akan menyalurkan dana tersebut dalam aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berupa pemberdayaan masyarakat miskin maupun kegiatan-kegiatan yang bersifat karitas.

Pada awal Januari 2006 lalu Jasindo Takaful telah menyerahkan dana bagi hasil para pesertanya, yang bersedia, untuk digunakan pada program-program sosial Dompet Dhuafa. "Rencananya kita akan kembali menyerahkan dana bagi hasil tersebut bulan ini," ungkap Firly. Ia pun menambahkan bahwa selama sekitar enam bulan terakhir 2005, Jasindo Takaful memang tidak memberikan bagi hasil kepada para peserta asuransinya. Hal tersebut dikarenakan dana premi yang dikelola masih belum memberikan keuntungan yang memadai.

"Sekarang, setelah memperoleh laba yang mencukupi, kita pun tidak lupa memberikan sarana bagi mereka yang ingin beramal, " tambahnya lagi.

13 Januari 2006

Hilton Peduli, CSR "Bintang Lima"

Tanggal : 13 Januari 2006
Sumber : http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?w=indo&x=filantropi&y=detail&z=5af2909fcd6db2001b280c5dfc6b20da

Geliat CSR (Corporate Social Responsibility) tampak semakin besar dan menyentuh seluruh industri di tanah air, termasuk dari industri perhotelan. Seperti yang telah ditunjukkan oleh Jakarta Hilton International. Suasana kerja sehari-hari yang lux berbintang lima, ternyata tidak menjadikan manajemen dan karyawannya lupa melihat keluar lingkungan hotel mereka.

Dibawah payung "Hilton Peduli", manajemen hotel dan kelompok-kelompok karyawan yang ada seolah berlomba membuat program-program amal untuk masyarakat yang membutuhkannya. Padahal, Hilton Peduli sejatinya hanyalah salah satu program rutin divisi Public Relations di Hotel tersebut. Walaupun demikian, menurut PR Manager Jakarta Hilton International, Shakira Tamayanti, program yang satu ini tidak menjadi monopoli perusahaan dan manajemennya. Usulan, pelaksanaan, hingga pendanaan kegiatan-kegiatan dalam program Hilton Peduli juga bisa datang dari karyawan hotel.

Seperti saat Hilton Peduli pergi langsung menyantuni korban tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara awal tahun lalu. Bantuan yang mereka kumpulkan bukan hanya dari perusahaan, namun juga dari sumbangan spontan karyawannya. Saat itu, donasi mereka dipercayakan kepada Palang Merah Indonesia untuk disalur-kan kepada para korban yang membutuhkan. Penyerahan pun bukan hanya dilakukan oleh wakil manajemen hotel berbintang lima berlian tersebut. Namun juga menyertakan perwakilan-perwakilan kelompok karyawan yang telah berperan mengumpulkan donasi.

Karena itulah Shakira Tamayanti dengan mantap bisa mengatakan bahwa seringkali manajemen hanya memfasilitasi kegiatan sosial yang diinisiasi para karyawannya. Dukungan perusahaan juga diperlihatkan dengan cukup seringnya ruangan-ruangan mewah di hotel tersebut digunakan untuk acara-acara amal. Seperti kerjasama yang dijalin oleh Hilton Peduli de-ngan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa saat mengadakan Malam Amal di akhir November 2005 lalu. Peran Hilton Peduli kala itu tentu sangat besar untuk membawa atmosfer kepedulian ke tengah-tengah pusat bisnis ibukota.

Di luar itu, masih panjang lagi daftar kegiatan CSR telah dilakukan oleh hotel Jakarta Hilton International. Secara bergantian dan berkala, berbagai komponen dalam hotel tersebut mengada-kan acara-acara sosial dengan sasaran yang berbeda-beda. Donor darah, bantuan langsung ke panti asuhan serta santunan saat hari-hari besar keagamaan sudah menjadi bagian dalam aktivitas rutin di Jakarta Hilton International. Seperti acara buka puasa bersama masyarakat tidak mampu saat Ramadhan dan sumbangan hewan kurban saat Idul Adha yang baru lalu. Dan, tentunya, kita masih bisa berharap di tahun 2006 ini Hilton Peduli dapat terus berkiprah di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan.