Sumber: http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?w=indo&x=filantropi&y=detail&z=84c75243953f4c8d66d2a9ad9dbd3ed8
Corporate Social Responsibility (CSR) sering hanya didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk menyisihkan sebagian keuntu-ngannya demi mendukung kegiatan-kegiatan sosial. Secara umum, duku-ngan terhadap kegiatan-kegiatan sosial juga akan meningkatkan 'pamor' perusahaan. Yang lebih baik lagi, apabila kemudian perusahaan menda-patkan respon yang positif dari masyarakat umum. Bukan hanya po-pularitas, namun keuntungan pun tidak mustahil ditingkatkan.
Memang terasa aneh mengaitkan antara kegiatan sosial dengan laba atau hal-hal yang bernuansa komersial lainnya. Namun, perlu juga kita tangkap pesan yang sangat jelas, bahwa hanya perusahaan yang 'untung' yang dapat memberikan kontribusi secara signifikan pada kegiatan-kegiatan sosial.
PT Technip Indonesia mungkin hanyalah satu dari sekian banyak perusahaan yang telah memberikan kontribusinya pada aktivitas-aktivitas sosial. Namun, ternyata ada keunikan dalam program CSR yang dikembangkan perusahaan ini. Besar kecilnya sumbangan mereka sangat bergantung pada kinerja karyawan. Bukan hanya pada seberapa besar keuntungan yang dapat mereka cetak, tapi juga pada seberapa tinggi tingkat keamanan kerja dan seberapa ramah lingkungannya pekerjaan mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh Corporate QA-HSE Manager, PT Technip Indonesia, Kodrat, apabila suatu proyek dapat diselesaikan tanpa adanya kecelakaan yang serius, yang berakibat pada manusia ataupun alam, maka perusahaan memberi reward dengan menyisihkan sejumlah dana untuk kegiatan-kegiatan sosial. "Justru disini kita mendorong para karyawan untuk bekerja dengan hati-hati dan ramah lingkungan. Apabila mereka berhasil, maka manfaatnya akan juga mengalir kepada rakyat miskin, anak yatim dan sebagainya," jelas Kodrat.
Adalah Safety and Environmental Recognition Scheme (SERS) yang menjadi dasar kegiatan CSR di PT Technip Indonesia. Dalam skema tersebut, segala kegiatan-kegiatan positif akan diberikan nilai positif dan kejadian-kejadian yang negatif - seperti kecelakaan kerja, kebocoran limbah, dsb tentu diberi nilai negatif. Secara singkat, diakhir proyek akan diberikan peni-laian menyeluruh atas hasil kinerja keseluruhannya. Apabila memenuhi target positif tertentu, maka reward akan dikeluarkan oleh perusahaan.
"Biasanya, apabila memenuhi target maka perusahaan akan memberikan reward kepada karyawannya, seperti bonus, pesta syukuran atau yang lainnya. Disini, reward justru diberikan dalam bentuk donasi sosial kepada masyarakat yang membutuhkannya," tambah Kodrat. Karena itulah kegiatan sosial apa yang kemudian mendapat dukungan dari PT Technip Indonesia, sebagian besar keputusannya diserahkan kepada pilihan para karyawan. Perusahaan yang kemudian memfasilitasinya.
Dengan skema ini, seperti diungkapkan Kodrat, sudah enam proyek yang dikerjakan PT Technip Indonesia tanpa adanya kecelakaan kerja yang serius. Sebuah perubahan paradigma yang cukup menggugah, karena kita semua sebenarnya sadar bahwa beramal tidak akan pernah merugikan suatu perusahaan atau individu. Tapi justru akan semakin meningkatkan kualitasnya.