29 Januari 2008

PROGRAM CSR , SRIBOGA BERBAGI PENDIDIKAN UNTUK KORBAN BANJIR DI SOLO JAWA TENGAH

Tanggal : 29 Januari 2008
Sumber : http://www.sriboga-flourmill.com/media.php??roel=91a3bda7c477bca509b14a2dbed3fa4e&inonk=59


Sebagai bentuk tanggung jawab PT Sriboga Raturaya kepada masyarakat Jawa Tengah, melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), produsen tepung terigu yang berlokasi di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini bersama dengan PIZZA HUT, pada hari Selasa 29 Januari 2008, memberikan bantuan untuk korban banjir di Kota Solo Jawa Tengah.

Bantuan diberikan dalam bentuk 1000 (seribu) paket alat sekolah yang terdiri dari tas dan alat tulis untuk usia Sekolah Dasar. SD yang menerima bantuan tersebut adalah SD Sawahan 2 Pasar Kliwon, SD Mojo 1,2,3 Pasar Kliwon dan SD Teluhan 1,2,3 Kec. Teluhan.

Tujuan dari bantuan ini adalah untuk meringankan beban korban banjir ( pada bidang pendidikan) dan memotivasi untuk kembali bersekolah bagi anak para korban banjir di wilayah ring-4 dari PT Sriboga Raturaya. Bantuan serupa juga dilaksanakan di daerah Kudus

23 Januari 2008

Dinkes : Dana Pengadaan Obat-Obatan Tahun 2008 Rp. 30 M


Tanggal : 23 Januari 2008
Sumber : http://www.papua.go.id/berita_det.php/id/1649


"Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2008 ini, mengalokasikan pengadaan obat-obatan gratis bagi masyarakat miskin senilai Rp. 30 miliar yang bersumber dari dana Otonomi Khusus. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Bagus Sukaswara alokasi pengadaan obat-obatan Tahun ini tercatat mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan Tahun 2007 lalu, yang hanya sebesar Rp. 22 miliar untuk seluruh Kabupaten di Papua. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah permintaan dari Kabupaten untuk pelayanan dasar kesehatan masyarakat di Kampung-kampung. Demikian dikemukakan Bagus Sukaswara, saat memberikan keterangan disela-sela kegiatan Diskusi Program Coorporate Social Responsibility (CSR) bidang Kesehatan Nations Petroleum Depkes, bertempat di lantai VII Hotel Yasmin, Jayapura, Selasa (22/1) kemarin.

Dijelaskan, pengadaan obat-obatan untuk pelayanan dasar bagi masyarakat ini, setiap paketnya hanya berupa kepentingan pelayanan ditingkat puskesmas saja. Sehingga pelayanan obat-obatan gratis kepada masyarakat hanya berlaku untuk tingkat Puskesmas saja dan tidak untuk rumah sakit umum. Sebab saat ini, ada terjadi kesalahan presepsi masyarakat bahwa obat-obatan gratis bisa didapatkan dimana saja termasuk rumah sakit umum. “Oleh karena itu, sekali lagi saya tegaskan bahwa pengadaan obat-obatan gratis ini sebenarnya hanya untuk melayani pelayanan dasar kesehatan kepada masyarakat ditingkat Puskesmas” jelasnya. Menjawab soal banyaknya jumlah pengadaan obat-obatan per Kabupaten, Bagus menjelaskan untuk seluruh Kabupaten mendapatkan alokasi yang tidak sama. Dengan kata lain, alokasi penyediaannya disesuaikan mata anggaran yang ada. “Misalnya kalau satu Kabupaten minta 5 jenis obat ya tentu kita kasih 5 jenis obat tapi jumlah obatnya tidak sama. Kalau ada Kabupaten yang minta 100 pak kita sediakan 80 saja dengan harapan 20 paknya disediakan oleh Pemerintah Kabupaten dari APBDnya,” tutur dia. Bagus menambahkan, yang sementara diperjuangkan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Papua saat ini adalah mengusulkan kepada Gubernur Papua agar ada penambahan biaya pengangkutan obat-obatan kewilayah Kabupaten. Karena biaya angkutan ke pegunungan tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar sebab alokasi yang ada bisa dikatakan tidak mencukupi. “Jadi, memang kita sedang berupaya agar kebijakan Gubernur untuk menambah biaya angkutan obat. Ini baru akan kami usulkan dengan harapan bisa menjadi perhatian Gubernur,” ucapnya.

17 Januari 2008

Produksi Turun, CSR Jalan Terus

Tanggal : 17 Januari 2008
Sumber : http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=EKSPLORASI&rbrk=Kemitraan&id=30013


Perusahaan pengekspor gas cair terbesar di dunia sejak 1977 silam itu, kini menjelang penutupan. Kantung-kantung gas dari lapangan Arun di Lhoksukon yang menjadi bahan utama produksi gas LNG, tidak lagi dapat memenuhi permintaan para konsumennya. Dari puncak produksi yang mencapai enam train kini tersisa dua train saja.


Meskipun jumlah produksi terus menurun, tidak berarti PT Arun LNG tidak akan melanjutkan komitmennya untuk tetap menjalankan program sosial kemanusiaannya (Corporate Social Responsibility) yang berkesinambungan.


"Program CSR yang berkesinambungan sangatlah penting, terutama untuk membantu masyarakat mempersiapkan diri untuk lebih mandiri pasca berakhirnya operasi PT Arun," ujar Presiden Direktur PT Arun, Aknasio Sabri kala dijumpai Jurnal Nasional akhir tahun lalu.


Untuk itu, PT Arun dengan segala keterbatasannya tetap melakukan berbagai rangsangan agar perekonomian masyarakat sekitar kembali bergerak. Diakui bahwa tugas rumah ini menjadi semakin berat pasca tsunami menghantam pada Desember 2004.


PT Arun telah bekerja sama dengan sejumlah badan. Sebut saja BP-KIAT (Badan Pengelola Kawasan Industri Agri Terpadu), BDI (Badan Dakwah Islam) Arun, HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), BPRS Rahmah Hijrah Agung, Ramania Foundation dan Politeknik di kota Lhokseumawe.


Aknasio berharap dengan program-program ini, masyarakat dapat menyadari keberadaan PT Arun di tengah-tengah mereka. Meski, ia menyadari terkadang pemahaman masyarakat mengenai posisi PT Arun cenderung salah paham. "Selama ini mereka menganggap PT Arun seperti perusahaan ‘PT‘ lainnya yang memperoleh laba atau keuntungan dari hasil usahanya".


Padahal, PT Arun semata-mata hanyalah perusahaan operasional yang didirikan oleh Pertamina (55 persen), Exxon Mobil Oil (30 persen) dan Jilco (15 persen), yang bertanggung jawab untuk mengoperasikan, merawat kilang, dan mengapalkan produknya ke para konsumen.


Tentunya sebagai perusahaan nirlaba, PT Arun hanya mendapatkan dana sebatas untuk menjalankan operasional. Tetapi, rasa moral mereka telah mengalahkan segala keterbatasan tersebut. "PT Arun mendapatkan dana CSR-nya dengan menyisihkan sejumlah dana dari biaya operasional dan perawatan kilang yang diberikan oleh setiap pemegang saham tiap tahunnya,"ujar Aknasio.


Tingginya kecintaan dan tanggung jawab PT Arun kepada masyarakat telah terbukti dengan diakuinya "Seven Values PT Arun NGL" oleh dunia. Salah satunya adalah perhatian dan empati terhadap perusahaan sendiri, masyarakat dan seluruh pekerja serta keluarganya.


Suara-suara miring tentu beberapa kali menghantam perusahaan ini. Terutama karena perkembangan pembangunan kota Lhokseumawe yang sangat lambat, terlihat dari minimnya infrastruktur dan buruknya fasilitas umum seperti jalan di kota yang dikenal sebagai kawasan bisnis di NAD ini.


Seperti yang disampaikan Ketua DPRD Lhokseumawe, TA Khalid kepada Jurnal Nasional mengenai keberadaan PT Arun di kota itu. "Bantuan atau sumbangan itu memang ada, tetapi tidak berkesinambungan dan belum memandirikan warga. Kami meminta agar perusahaan-perusahaan itu, khususnya Arun yang akan segera tutup, untuk segera memformulasikan bantuan yang berkesinambungan. Jangan sampai warga kehilangan arah setelah ditinggalkan,"ujarnya.


Tetapi tidak sedikit pula yang mendukung perusahaan ini, salah satunya Camat Muara Satu, Zulkifli AR. Dia mengatakan "sungguh tidak benar bila ada orang yang mengatakan bahwa keberadaan PT Arun di Lhokseumawe tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi masyarakat. Pernyataan itu sungguh naif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

07 Januari 2008

CSR WGI: Awal Tahun 2008 Serahkan Donasi

Tanggal : 7 Januari 2008
Sumber : http://www.ptwgi.com/pressrelease49.ph


PT Wiraswasta Gemilang Indonesia (PT WGI), produsen dan pemasar produk oli kendaraan dan industri yang telah memiliki beberapa sertifikat ISO, akan menyerahkan donasi kepada Yayasan Maria Monique Lastwish, di Pendopo Kabupaten Purbalingga.

Lastwish merupakan yayasan kemanusiaan yang dikhususkan untuk membangkitkan semangat hidup anak-anak yang menderita karena penyakit yang dideritanya. Dengan tujuan sosial untuk membantu meringankan beban serta mewujudkan keinginan terakhir dari anak-anak Indonesia yang berumur 5-15 tahun yang berpenyakit kritis atau penyakit kompleks yang tidak ada obatnya dan menurut dokter sudah tidak ada harapan hidup lagi. Yayasan ini juga mempunyai program-program untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak Indonesia dari keluarga yang tidak mampu, terutama yang bertempat tinggal di pedesaan yang terbelakang.


Penyerahan donasi kepada Yayasan Lastwish adalah merupakan salah satu bentuk kepedulian WGI terhadap kelangsungan hidup dan masa depan anak-anak kurang mampu sebagai penerus bangsa. Hal ini sesuai dengan komitmen WGI untuk selalu mendukung kegiatan sosial sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan rutin setiap tahun. Berbagai kegiatan sosial lainnya yang telah dilaksanakan diantaranya, program tahunan Haji bagi karyawan dan warga di lingkungan Pabrik WGI di Cibitung, penyerahan hewan kurban saat Idul Adha, program magang bagi pelajar/mahasiswa, donor darah setiap memperingati HUT WGI serta sumbangan bencana alam diantaranya bencana Tsunami Aceh dan Gempa Yogya.


Dewi Aryani H. Rasyid General Manager Corporate Communications, menjelaskan, ”Kami sangat senang dapat diberi kesempatan bersama Yayasan Lastwish untuk ikut memberikan kebahagian bagi anak-anak kita yang tidak memiliki harapan dan putus asa karena hidup serba kekurangan. Merupakan kewajiban moral kita bersama untuk membantu mereka, pada kesempatan ini kami berharap agar pihak-pihak lain juga tergerak ikut meringankan beban mereka, paling tidak, memberikan sumbangan dengan mengabulkan keinginan terakhir anak-anak yang menderita diberbagai pelosok nusantara“.

01 Januari 2008

Tsunami Aid in Indonesia - Final Report 2007


Tanggal : 1 Januari 2008
Sumber : http://www.bayer.co.id/v3/eng/eventlocal_detail.php?p_id=21


Two years have passed after the Tsunami and earthquake devastated Aceh Province and Nias island on the northern tip of Sumatra / Indonesia. This report is designed to update all interested parties on the many results Bayer has achieved in supporting the reconstruction of teh destroyed region since then.


The Tsunami disaster on 26 December 2004 was one of the worst natural disasters in the past decades and swept away large parts of the coastal areas of Northern Sumatra in Indonesia as well as several outlying islands.Indonesia was worst hit over 130.000 people killed and more than 40.000 still missing. Of the survivors, thousands were made homeless.


Before the deadly wave struck, Aceh province was host to decades-long civil conflict between the Indonesian central government and the seperatist 'Free Aceh Movement' (GAM), claiming lives on both sides.Along with the relief aid, the 'Helsinski-MOU' was signed in August 2005 as the crucial step for peace and develolment.


The response to teh disaster was unprecedented.With the mission to reach out to the affected people,Bayer pledged EUR 500.000 to the reconstruction of the destroyed region in order to create a better future.


The vision was to direct the donation unbureaucraticly in a transparant and accountable manner to those in need. In cooperation with the project 'INDOGERM-direct' of the Indonesian German Chamber of Industry and Commerce (AHK-EKONID Jakarta),Bayer identified the sectors 'Healthcare', 'Childcare' and 'Community Development' as essential for implementing reconstruction projects.


The Indonesian-German Disaster Relief Commitee (INDOGERM-direct) was founded by the German Indonesia Chamber of Industry and Commerce (AHK-EKONID Jakarta) in January 2005 as a response to the Tsunami. With a donation of EUR 500.000, Bayer is one of INDOGERM's biggest corporate donors.


Through the generous donation of Bayer, it was possible to contribute to the reconstruction of Aceh and to help the Indonesian people by giving them new hope for a beter future. Bayer supported three crucial sectors in various locations in Aceh and reached out to hundreds of Tsunami-affected people. Bayer's projects are set in sustainable frameworks and are firmly integrated into the overall development schemes of the governmental development agencies.


With 8 hospitals and more than 115 health institutions wiped out of damaged, the provison of health services and the upgrading of medical infrastructure is vital to the reconstruction of Aceh.


Hundreds of coastal villages were affetced bt the tsunami,destroying the livelihoods of its many inhabitants. Farmland was washed away, fish ponds and wells flooded bt the salt water and building infrastructur was damaged.


Solar lights and fresh water systems


Rebuilt by the German government, the village Muaratiga (East coast) obtained 45 solar lighting systems financed by Bayer. Since the village is not connected to the national electrivity and power supply system, all 45 houses were equipped with solar panels on the rooftops feeding four lights and a socket for household appliances. The village street received 15 solars streetlight that bright up the place at night.


In Muarabatu (North Aceh) and Lamreh (Aceh Besar),Bayer financed the construction of each one water resevoir (40 cubic meters) with solar pumps and coresponding piping system, thus guaranteeing a stable access to fresh water for over 1.000 families of severals villages.


Organic cocoa farming project


The livelihoods of thousands of people were destroyed by the deadly wave. Bayer supports communities displaced as a result of the Tsunami by providing new opportunities in the cocoa farming sector.


In cooperation with the German government,Bayer supports a cocoa farming community of over 300 families in Lhok Gadong (East Coast).The measure include rehabilitation osf six buildings as weel as vocational training on fair trade schemes and organic farming for a local cocoa association.


The six rehabilitated buildings serve as a training centre for organic farming and fair trade schemes, including a solar-powered drying room,a fermentation hall as well as offices,community facilities and a borading house.


Medical Equipment for POM


Large parts of the medical equipment in the governmenta department for food and medical control (POM) in Banda Aceh were destroyed in the wake of the Tsunami. Bayer financed the procurement of two highly-needed medical tools : 1 HPLC and 1 photo spectrometer. Both tools were installed in POM in 2005 and are in frequent use by the beneficiary.


Nurses' Training


Vocational training for nurses is fundamental for the improvement of the health care services. Bayer contributed to this target by supporting 100 nurses' student from different hospitals in Banda Aceh and the surrounding areas to complete their D3-training certificates.


Supporting Health Clinics


In Merduati, a part of Banda Aceh severly affected by the Tsunami, Bayer supports a neighbourhood health clinic (construction and equipment). The cooperation partnet is a Christian Doctors' Association from Jakarta,who has been providing medical aid from right after the Tsunami onwards. The 3-storey clinic focuses on child and mother care (birth wing),urology,dentistry and general ailments.


In eulaboh,a city hit hard by the Tsunami on the Acehnese West coast, Bayer donated medical equipment to a midwives' clinic. The partner for this project os Rotary Club and a local Midwives' Association woth extensive experience in Aceh.


Kindergarten Rehabilitation


The Tsunami destroyed most parts of the infrastructure,leaving many children without access to education facilities. To reach out to the affected children,Bayer supports a kindergarten program in Banda Aceh and Muaratiga (East coast).


In cooperatin with the governmental reconstruction agency BRR,Bayer rehabilitates and equips 15 kindergartens in Banda Aceh according needs and priorities. All kindergartens were fenced so that the children can play outside,canopy roofs were set up to prevent rain coming through the windows and solar lights were installed in the yards. In Muaratiga (East coast) Bayer constructed a kindergarten building with a small playground.